Minggu, 27 Januari 2008

Tatalaksana Nyeri Neuropati Diabetika

Prinsip utama penatalaksanaan nyeri neuropati diabetika adalah pengendalian kadar gula darah. Pengendalian kadar gula darah akan menghambat progresivitas neuropati diabetika. Penelitian pada 1441 pasien dengan diabetes tipe 1 menunjukkan bahwa pengendalian kadar gula darah efektif untuk memperlambat progresivitas neuropati diabetika.

Terapi lain yang umum digunakan untuk mengatasi nyeri adalah anti depresan dan anti konvulsan. Anti konvulsan mempunyai kemampuan untuk menekan kepekaan abnormal dari neuron-neuron di sistem saraf sentral yang menjadi dasar bangkitan epilepsi (Chong and Smith, 2000). Epilepsi dan nyeri neuropatik sama-sama timbul karena adanya aktivitas abnormal sistem saraf. Epilepsi dipicu oleh hipereksitabilitas sistem saraf sentral yang dapat menyebabkan bangkitan spontan yang paroksismal, dan hal ini sama dengan kejadian nyeri spontan yang paroksismal pada nyeri neuropatik. Peran reseptor NMDA dalam influks Ca2+ merupakan dasar proses kindling, yang sama dengan fenomena wind-up pada nyeri neuropatik (Chong and Smith, 2000).

Prinsip pengobatan epilepsi adalah penghentian proses hiperaktivitas terutama dengan blok S1-Na atau pencegahan sensitisasi sentral dan peningkatan inhibisi. Hal yang sama juga dilakukan untuk nyeri neuropatik (Chong and Smith, 2000). Efek analgetika anti konvulsan tidak hanya dengan memblok Si-Na, namun juga dengan menghambat pelepasan neurotransmiter eksitatori, memblok Si-Ca, dan peningkatan jalur inhibisi (Rowbotham, et.al. 2000, Chong and Smith, 2000). Anti depressan memperkuat sistem inhibisi dengan meningkatkan ambilan kembali serotonin dan norepinefrin. Perbaikan tidur yang signifikan dicapai dengan pemberian anti depressan.

Tidak ada komentar: